Betapapun merekahnya senja dengan warna
kemerah – merahan yang semburat membakar langit menjadi
kejingga – jinggaan di bawah naungan kaki langit khatulistiwa. Senja tak akan
sama lagi dengan senja - senja yang pernah ada di tempat dimana bagian timur
nusantara itu. Aku menulis surat ini di kedai kopi dekat pantai dimana senja
itu muncul. Orang - orang bercerita bahwa senja yang ada sekarang ini bukanlah
senja asli yang pernah mereka ketahui. Senja asli telah diambil oleh seseorang
untuk diberikan kepada pacarnya. Senja yang berjingkat - jingkat sekarang
adalah senja palsu yang dicetak persis mirip oleh orang yang mencuri senja itu
dahulu kala. Senja yang memancarkan warna - warna membakar semesta membakar
langit membakar awan menjadi kemerah - merahan, senja yang lengkap dengan
deburan ombak yang pada buih - buihnya putih seperti kapas dan pasirnya yang
lembut saat jari jemari kaki menusuk ke dalam serta angin yang dingin dan
basah. Meskipun persis sama tapi tak sama.
Orang - orang bercerita bahwa dahulunya
senja sama bagi semua orang, kecuali bagi seorang lelaki yang begitu lama
memperhatikan senja dengan tatapan yang begitu sedih sehingga setiap hari
setiap senja muncul, lelaki itu yang pertama kali datang ke pantai menikmati
senja sampai gelap menyapa. Berhari - hari, berbulan - bulan, bertahun - tahun
lelaki itu selalu berada di tempat yang sama sehingga orang - orang hafal
tempat persis lelaki itu menatap senja. Hingga suatu ketika orang - orang tak
lagi melihat lelaki itu berdiri ditempatnya menatap senja. Orang - orang saling
bertanya kemanakah lelaki itu perginya. Berhari - hari, berbulan - bulan,
bertahun - tahun lelaki itu tak pernah muncul lagi. Sehingga orang - orang
memberi nama tempat dimana lelaki itu berdiri dengan "tempat seseorang itu
menatap senja". Sampai pada suatu ketika ada seorang anak kecil yang
bercerita pada orang - orang bahwa ia pernah melihat lelaki itu berlarian
sambil melompat - lompat dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan dengan
cahaya merah berkilauan dari saku celananya. Lelaki itu berlarian sambil
bernyanyi - nyanyi menuju tempat pacarnya.
Aku berpikir apa yang dilihat
lelaki itu pada senja yang membakar langit membakar awan sehingga warna menjadi
semburat kemerah – merahan itu. aku berdiri tepat di dekat monumen “tempat
seseorang itu menatap senja” persis menghadap lurus ke arah senja yang telah di
ganti itu. Seketika perasaanku menjadi sedih tak tahu kenapa tak tahu bagaimana
ternyata senja mampu menyihir begitu dahsyatnya ketika matahari telah terbenam separuhnya.
Aku berpikir – pikir apa yang membuat senja selalu membawa perasaan sedih pada
titip dimana “tempat seseorang itu menatap senja”. Kawan, ku titipkan surat ini
pada kedai kopi di tepi pantai dimana senja itu tak pernah asli lagi. Jika kau
bertemu dengan lelaki yang mengambil senja untuk pacarnya itu, aku berharap kau
segera menghubungiku.
Komentar
Posting Komentar