pic from Pinterest |
“Malam tadi nona, aku
memimpikan sesuatu yang begitu indah”, ucapku.
“Perihal apa?”, tanyamu.
Ini perihal yang begitu
indah nona, kau dan aku berujung menjadi kita. Kita yang begitu indah, kita
yang begitu mendamba, kita yang begitu selaras dan kita yang selamanya. Kau pun
tertawa, tak lupa dengan senyum sumringah yang selalu mampu membuatku memetik
kerinduan di malam hari yang selalu kisisipkan di antara bintang-bintang, agar
aku tak lupa. Ah nona, senyummu itu yang setiap hari selalu ku tunggu-tunggu.
Senyumanmu mampu membangkitkan bunga yang sedang layu kekurangan air, kumat aku
sepanjang hari hanya untuk menunggu kau tersenyum nona. Mungkin aku sudah gila,
ku rasa. Atau mungkin karna ubun-ubunku telah dipenuhi cairan dopamine yang yang membuatku selalu
mengingat semua perihal dikau nona. Ah! Ku rasa aku terlalu banyak membaca buku
aneh.
Nah nona, mari kita
lanjutkan cerita kita. Kau cukup duduk diam saja disana nona, dan dengar
ceritaku ini. Satu lagi nona, jangan menyela, cukup duduk tenang disana dan
nikmati kerinduanku. Kau tau apa lagi yang membuatku selalu merindukan perihal
dikau?.
“Matamu”, ucapku dengan
semangat.
Ku jelaskan, matamu bak
cahaya yang menuntunku dari sudut yang hampa dan gelap menuju teriknya matahari
yang membakar api bara cintaku nona. Kau sungguh menakjubkan, kau mampu membuat
seseorang tergila dengan indahnya matamu itu. Oh nona, boleh aku melihat matamu
sekarang?. Ahh! Maaf nona, jantungku mulai kurang ajar, berdetak tak normal
lagi, cepat, menyesakkan dadaku disini. Tunggu nona, aku perlu menghela nafas
agar dadaku normal kembali.
Nona, kau tau apa lagi yang
ku syukuri darimu?. Kau mampu membuatku merana, dan kertas adalah tempat
pelampiasanku kala ini. Sudah banyak sajak jelek yang ku buat untukmu nonaku, sebab
aku tak bisa tidur karna merindu. Coba kau dengarkan, ku harap kau suka.
Selasa, 28
Februari 2017
02.23 WIB
“Kamu”
Kala ini,
Ingin ku
ceritakan sedikit cinta
Tentang riuhnya
malam di kala dulu
Tentang sesaknya
khayalan menjamu
Tentang indahnya
bola matamu
Menjelma menjadi
satu
Kamu
Minggu, 19 Maret
2017
01.38 WIB
Malam ini, aku
tak bisa tidur nona
Kerinduan ini
pada wajahmu semakin menjadi-jadi,
Aku babak belur
sekarang
Memikirkanmu
sekarang adalah penyesalan yang mengutukku
Andai saja waktu
itu aku tak melepaskanmu nona,
Kurasa takkan
ada malam seperti layaknya sekarang
Aku menikmati
waktu itu nona, waktu yang kulalui dalam kekesalan
Sejujurnya aku
bahagia
01.51 WIB
Nona, namamu
menggema dalam pucuk kerinduanku malam ini
Menghalau kantuk
yang sudah ku tunggu dari tadi, mengacaukan pikiranku akan riakmu
Aku rindu nona,
sangat
Atau ku sebut
namamu biar makin rindulah aku sekarang
Sekarang aku
bertanya, apakah Tuhan masih memberikanku waktu untuk melihatmu lagi?
Apakah adanya
kesempatan nantinya?
Aku ingin
bertanya pada hatimu esok
Menatap mata
indahmu dari dekat, oh rindu
Sabtu, 8 April
2017
23.36 WIB
Malam ini, ku
temui butir-butir kerinduan yang ku sematkan di antara bintang-bintang
Pikiranku
mengajak kembali menyusuri lorong-lorong waktu menuju ke sana
Kamu, di tempat
kamu berada, nonaku
Satu tahta
tertinggi yang ku ingkari waktu itu
Menyusutkanku
dalam hamparan penyesalan
Pernah ku coba
layangkan mata jauh dari tatapmu
Menuju ruang
penglupaan, untuk sementara
Sekarang, mari
kita kembali, pikiranku mengajak
Melayanglah aku
dari lorong waktu menuju kenyataan
Disambut
indahnya kerinduan akan tentangmu nona
Malam, angin,
bintang, rembulan
Mereka
bekerjasama mengerjaiku malam ini,
Menghembuskan
kecemburuan yang membawa kerinduan di ubunku
Oh cinta, sayang
dikau terlalu cepat meninggalkan perihal aku
Ahh malam, ingin
aku berbincang padanya malam ini
Dan nanti
diakhiri dengan lagu jelek menuju mimpinya
Nona, kau masih mendengarkan
aku? Ku harap masih, dan aku harap kau tak bosan dengan ceritaku nona. Sungguh
nona, aku pencerita yang buruk dan begitu pula aku adalah perindu yang buruk
jua. Selanjutnya nona, aku....... Tunggu nona, kau mau kemana? Nonaku, kau mau kemana? Kenapa kau pergi?.
Ahh! Sial, aku menyusut nona,
jauh, meninggalkan dikau. Aku tersentak, hujan yang turun menghajar genteng
rumahku kembali membawaku ke ruang kecil yang ku sebut kamar, ke kenyataan.
Meninggalkanmu dalam jagad khayalku. Ahh tidak, aku melamun lagi!.
Komentar
Posting Komentar