BACA JUGA

Perjalanan ke Lembah Terindah di Indonesia, Lembah Harau

pic from dibaratdaya.com

Baratdaya. HARAU. Itulah tempat pertama yang saya ingat jika mendengar tentang pearjalanan ke Payakumbuh. Meskipun Payakumbuh adalah tanah kelahiran saya, tapi tetap saja tak pernah ada rasa bosan untuk mengunjungi tempat-tempat indah di ranah minang ini. Salah satu tempat terindah yang ada di sekitar Payakumbuh adalah Lembah Harau.
Lembah Harau atau Harau Valley sekilas mirip dengan Yosemite di California. Tebing-tebing tinggi yang menjulang terlihat sangat gagah, ditambah lagi dengan puluhan air terjun yang tersebar diseluruh kawasan Lembah Harau. Tebing-tebing granit berwarna kemerahan yang tingginya mencapai 300 meter ini juga dihiasi dengan tumbuhan hijau yang semakin menambah keindahan Lembah Harau.
harau vs yosemite
harau vs yosemite

ASAL-USUL NAMA LEMBAH HARAU

Menurut cerita masyarakat setempat, banyak sekali legenda tentang asal usul nama lembah harau. Salah satunya yang paling terkenal dan diyakini banyak orang adalah;
Harau berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dahulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu (salah satu daerah di kawasan lembah harau) sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘Arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.
Lembah Harau
Masyarakat Lembah Harau

PERJALANAN KE LEMBAH HARAU, SEPERTI PERJALANAN KE MASA LALU

Sebuah perjalanan ke suatu tempat tidak akan pernah terasa sama meski kita telah berulang kali menginjakan kaki di tempat itu. Akan selalu ada cerita dan makna yang baru meski tempat yang kita kunjungi adalah tempat yang sama secara berulang-ulang. Entah itu dari segi waktu yang berbeda, teman perjalanan yang tak sama, cerita interaksi dengan masyarakat lokal, sampai suasana hati yang tak akan mungkin sama persis dengan perjalanan sebelumnya.
Sama halnya dengan saya yang sudah puluhan kali mengunjungi Lembah Harau, selalu ada cerita berbeda yang saya dapatkan dari perjalanan ini. Saya selalu mendapati makna baru disetiap langkah kaki saya disini. Mulai dari kekaguman saya akan karya Tuhan Yang Maha Indah, sampai pada cerita lain yang juga sarat akan makna kehidupan dan bagaimana alam selayaknya berdampingan dengan manusia. banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dari seorang tokoh hebat dari lembah yang subur ini, saya pernah bertemu dan banyak belajar tentang hidup dan kehidupan dari orang ini, namanya Datuak Suar, nanti akan saya ceritakan ditulisan yang lain tentang orang hebat ini karena teramat banyak cerita dan makna yang saya dapatkan dari beliau.
Sebuah perjalanan ke suatu tempat tidak akan pernah terasa sama meski kita telah berulang kali menginjakan kaki di tempat itu. Akan selalu ada cerita dan makna yang baru
perkampungan lembah harau
Tepat pada hari kelima Bulan Maret 2017, saya terbang dari tanah rantau, Jakarta menuju ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, Sumatera Barat. Rasa bahagia yang tak terkira muncul dari hati saya, mungkin karena sudah hampir satu tahun saya tak menginjakan kaki di tanah Minangkabau, tanah kelahiran saya.
Pukul tujuh pagi, pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus, alhamdulillah. Dari Bandara Internasional Minangkabau, saya terlebih dahulu menuju Kota Padang dengan menumpangi Damri. Lalu dari Kota Padang saya memilih untuk menumpangi bus kecil yang biasa disebut tranex menuju Kota Payakumbuh.
sesaat sebelum mendarat di Padang
sesaat sebelum mendarat di Padang
Sebenarnya banyak sekali supir travel yang menawarkan rute ke Payakumbuh, tapi jangan coba-coba untuk langsung naik tanpa memesan terlebih dahulu sebelumnya melalui Travel karena jika kita langsung menerima tawaran mereka, akan ada perbedaan harga yang cukup signifikan karena permainan beberapa oknum sopir travel ini. Jika biasanya jika kita memesan perjalanan melalui Travel tertentu, ongkos dari Bandara menuju Payakumbuh adalah Rp.55.000 sampai Rp. 65.000, tapi jika kita tidak memesan sebelumnya dan langsung menerima tawaran sopir ini di Bandara, mereka akan meminta harga lebih, biasanya Rp. 70.000- Rp. 90.000, tergantung negosiasi. Bagi seorang backpacker seperti saya perbedaan harga ini cukup berarti. Saya memilih utuk menuju Kota Padang terlebih dahulu karena ingin mengunjungi seorang teman lama. Ongkos Damri ke Kota Padang adalah Rp. 22.000, lalu dari Kota Padang menuju Payakumbuh ongkos minibus Rp. 25.000, sedikit lebih hemat dibandingkan Travel. Biasanya minibus dari Kota Padang ke Payakumbuh berangkat dari depan Kampus UNP.
Sekitar tiga setengah jam perjalanan, saya sudah sampai di Payakumbuh. Saya memilih untuk berhenti di Pasar Payakumbuh karena sangat rindu akan kuliner kampung halaman, saya langsung mencari Lontong Gulai Pakih, terobati sedikit bagian kerinduan saya akan kota ini, meski masih banyak lagi bagian yang harus saya lengkapi untuk mebgobati semua kerinduan ini.
Selesai menyantap Lontong Gulai Pakih, saya dijemput oleh abang saya, Bang Redha. Sudah hampir setahun kami tak bertemu, saya tetap dengan rambut berantakan yang sudah mulai gondrong, Bang Redha konsisten dengan rambut keritingnya yang juga semakin gondrong. Saya cukup dekat dengan Bang Redha karena umur kami yang hanya berjarak 2 tahun, jadi seperti teman saja.
“Kemana dulu nih Bang?” Tanya saya iseng.
“Pulang dulu lah waang, ndak rindu rumah apa?” Jawabnya sambil tertawa.
“Ya pasti rundu lah! Tapi kita ke Harau dulu sebentar ya, mumpung dekat dari sini” Tawarku.
“Ayok langsung berangkat!” Jawab Bang Redha sambil menyalakan motor tua yang legendaris dalam hidup kami, motor Supra-X 100cc tahun 2000 yang masih terlihat gagah dimata saya sampai sekarang.
Dari Pasar Payakumbuh, hanya butuh sekitar 25 menit perjalanan ke Lembah Harau meskipun menggunakan motor tua. Tak ada macet disini, tak ada klakson kendaraan yang memekakkan, tak ada emosi dan kemarahan dijalanan, semua orang saling toleransi dan menghargai disini. Saya yang sudah beberapa tahun berkemelut dengan tingkat stress yang sangat tinggi di Ibu Kota Jakarta seakan kembali merasakan kesegaran, kembali ke masa dimana jiwa masih setenang anak-anak, tak terasa ada masalah apapun di tempat ini, damai.
Motor tua kami mulai memasuki daerah Kabupaten 50 Kota, sebuah Kabupaten yang mengilingi Kota Payakumbuh. Lembah Harau termasuk kedalam wilayah Kabupaten ini. Sebelum memasuki pintu gerbang Lembah Harau, kami melewati Kantor Bupati Kabupaten 50 Kota yang berdiri gagah dengan atap khas rumah gadang, bagonjong istilahnya.
Persawahan di Kawasan Lembah Harau
Persawahan di Kawasan Lembah Harau
Ketika sampai di gerbang utama Lembah Harau, akan ada petugas yang menagih karcis masuk, harga tiket masuk hanya Rp.5000,- per orang. Ketika melewati gerbang utama, kami langsung disambut kemegahan tebing granit berwarna kemerahan yang menjulang tinggi. Suasana damai perkampungan dan udara sejuk yang memberikan ketenangan pada jiwa dan raga. Sungguh negeri yang indah.
Rumah Gadang di Lembah Harau
Rumah Gadang di Lembah Harau
Kami berjalan diantara tebing-tebing yang menjulang, lengkap dengan kabut yang semakin menambah keindahan tempat ini. Ketika kami sampai di Lembah Harau, kami sangat beruntung karena baru saja selesai hujan dan kabut mulai turun ke tebing-tebing gagah ini.
Persawahan di Kawasan Lembah Harau
Seperti saya katakan diawal tulisan ini, di Lembah Harau ada puluhan air terjun yang tersebar diseluruh kawasan seluas 669 hektare ini. Lembah Harau diresmikan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993. Tak akan cukup waktu satu hari untuk menikmati seluruh air Terjun ini, namun ada empat air terjun yang aksesnya paling mudah dan wajib dikunjungi jika ke Lembah Harau.
Air Terjun Lembah Harau
Air Terjun Lembah Harau
Yang pertama adalah Sarasah Aie Luluih, airnya mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri. Cukup mudah menuju Sarasah/Air Terjun ini karena tempatnya ada dipinggir jalan dan tidak memerlukan tracking atau berjalan kaki.
Sarasah Aie Luluah Lembah Harau
Selanjutnya ada tiga air terjun yang berada dalam satu kawasan, yaitu Sarasah Aka Barayun, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Masing-masing air terjun ini mempunyai cerita legenda yang berbeda yang dipercaya masyarakat lokal. Seperti legenda masyarakan Sarasah Aka Barayun yang mempercayai kalau kawasan Lembah Harau dahulunya adalah lautan. hal ini diperkuat juga oleh hasil survei tim geologi asal Jerman tahun 1980 menemukan jenis batuan yang ditemukan di daerah ini identik dengan yang ditemukan di dasar laut berupa batuan breksi dan konglomerat.
Keindahan Lembah Harau
Keindahan Lembah Harau
Untuk saya yang sudah belasan kali berkunjung ke Lembah Harau, tak pernah ada rasa yang sama sekali persis yang saya rasakan, selalu ada rasa yang baru ketika berada di tempat ini. Saya ingat ketika saya melakukan perjalanan pertama saya kesini, sekitar 10 tahun silam saya masih berumur 10 tahun atau sedang duduk dikelas 4 SD, saya mengikuti kegiatan camping pramuka, pengalaman pertama saya menikmati kemegahan alam Lembah Harau. Melakukan tracking disekitar kawasan Sarasah Bunta, berjalan menyusuri Sarasah Aka Barayun, sampai pengalaman menikmati kesegaran air terjun Sarasah Bunta. Saat dimana saya jatuh cinta kepada tempat ini.
Lembah Harau nan memukau
Lembah Harau nan memukau
Perjalanan ke Lembah Harau yang kesekian kalinya ini kembali memberikan makna dan cerita baru, sebuah perjalanan ke masa lalu, dimana saya jatuh cinta pada alam dan segala isinya, dan teramat jatuh cinta pada Sang Penciptanya.
Kabut Lembah Harau
Kabut Lembah Harau

AKSES MENUJU LEMBAH HARAU

Seperti yang sudah saya tuliskan diatas, akses menuju ke Lembah Harau akan saya ringkas dan perjelas disini. Tidaklah terlalu sulit menuju tempat indah ini, berikut keterangannya
  • Dari Bandara Internasional Minangkabau menuju Kota Payakumbuh, ada 2 pilihan :
    • Pilihan Pertama, dengan travel yang sudah dihubungi sebelumnya melalui telepon. Ongkosnya Rp. 55.000,- sampai Rp. 65.000,- . Perjalanan sekitar 3.5 jam menuju Kota Payakumbuh
    • Pilihan Kedua, menumpangi bus damri menuju Kota Padang. Ongkosnya Rp. 22.000,- . Dari Kota Padang menumpangi minibus (Tranex, Ayah, Sarah). Ongkosnya Rp. 25.000,- . Total dari Bandara ke Payakumbuh : Rp. 47.000,-
  • Dari Kota Payakumbuh ke Lembah Harau
    • Pilihan Pertama, naik angkot ke arah Tanjung Pati, ongkosnya sekitar Rp. 5000,- . Turun di gerbang Lembah Harau, naik ojek menuju kedalam kawasan, ongkosnya sekitar Rp. 20.000,-
    • Pilihan Kedua, menyewa kendaraan seperti sepeda motor ataupun mobil. Pilihan ini sangat saya rekomendasikan karena kita akan lebih leluasa saat menjelajahi lembah harau dan tempat-tempat indah lain di Payakumbuh dan lebih hemat waktu. Tarif sewa motor di Payakumbuh Rp. 50.000,- sampai Rp. 60.000,- per hari. Tarif sewa mobil adalah Rp. 250.000,- per hari.
  • Tiket Masuk Lembah Harau : Rp. 5000,- per orang

LEMBAH HARAU YANG MEMUKAU

Tak ada perjalanan yang benar-benar sama meski sudah berulang kali berjalan ketempat yang sama. Akan ada cerita baru dan rasa yang baru jika perjalananmu benar-benar murni untuk menemukan nikmatnya bersyukur.
Seperti Lembah Harau yang selalu memukau bagi saya, mungkin juga bagi Bang Redha, mungkin juga bagi kalian, para pejalan ditengah keresahan hiruk-pikuk perkotaan, seperti yang saya rasakan beberapa tahun belakangan.
Berikut adalah beberapa representasi dari potret memukau dari Lembah terindah di Indonesia ini, Lembah Harau. Jika kalian berniat mencicipi kemegahan Lembah Harau, semoga tulisan saya ini sedikit membantu memberikan gambaran tentang apa saja yang kalian perlukan untuk menuju ke tempat ini. Jika ada yang perlu ditanyakan, atau jika ada informasi yang kalian butuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi saya melalui DM (Direct Message) di Instagram saya @baratdaya_ . Dengan senang hati akan saya bantu selagi saya masih tahu.
Rumah Gadang di Lembah Harau
Air Terjun Lembah Harau
Lembah Harau berkabut
Pulang Kampung Lembah Harau
Rumah Gadang di Lembah Harau
Happy travel and share this!

Komentar